Wednesday, June 17, 2009

Ada yang salahkah dengan Pemilu Iran?


Sejak hasil penghitungan suara pemilu pilpres Iran mulai menunjukkan tren ke arah kemenangan Ahmadinejad, media-media Barat sudah bersuara serempak, melaporkan kecurigaan adanya kecurangan. Dari AS, Wapres Joe Biden dan Menlu Hillary Clinton ikut mencurigai hasil pemilu Iran. Sementara Obama, yang sebelum pemilu terlanjur menyampaikan statemen ‘akan mengulurkan tangan persahabatan kepada Iran siapapun yang terpilih sebagai presiden’ mengeluarkan pernyataan empatik mengomentari berbagai kerusuhan yang terjadi di Iran, “Biarkan bangsa Iran menentukan sendiri siapa pemimpin mereka” dan “Bangsa Iran merasa dikhianati”. Dari Uni Eropa, keluar pernyataan, “Pemerintah Iran harus memperlakukan para demonstran dengan penuh penghormatan.”

Dari Perancis, Sarkozy menyatakan, aksi protes pantas terjadi karena besarnya kecurangan. Menlunya, Bernard Kouchner menyatakan “perlunya dilakukan investigasi atas pemilu Iran”. Sarkozy dan Kouchner pura-pura lupa, setelah pilpres Prancis Mei 2007, juga terjadi kerusuhan besar-besaran yang dilakukan kaum muda negeri itu memprotes terpilihnya Sarkozy. Saat itu, sekitar 700 mobil dan sejumlah gedung pemerintah yang dirusak demonstran. Tentu saja, ada banyak pendemo yang ditahan polisi Prancis. Rupanya, kalau demo itu terjadi di Iran, penilaian harus berbeda.

Dua hari setelah pemilu (14 Juni) Associated Press merilis berita “AS menolak klaim kemenangan Ahmadinejad” dan mengutip pernyataan Menlu Hillary yang menuduh adanya kecurangan dalam pemilu. Darimana Hillary tahu ada kecurangan? Bukankah kata Obama, “We weren’t on the ground, we did not have observers there, we did not have international observers on hand, so I can’t state definitively one way or another, what happened.” (Kami tidak di lokasi, kami tidak punya pengawas di sana, kami tidak punya pengawas internasional, jadi saya tidak bisa menyampaikan suatu pernyataan apapun mengenai apa yang terjadi di sana.)
Apapun juga, yang jelas, para pemimpin dunia Barat dan media-media mainstream sedang mengumandangkan sebuah koor, paduan suara, uyang berisi tuduhan kecurangan pemilu Iran dan mendukung aksi demonstrasi yang mereka sebut ‘sedang memperjuangan demokrasi’.
Hingga saat ini, saya mencatat ada beberapa fakta penting yang (sengaja) tak tercatat (dan tak dibahas) oleh media Barat:

1. Kerusuhan terjadi hanya di Teheran dan dilakukan oleh para pemuda. Mereka melakukan aksi-aksi anarkhis, merusak gedung-gedung. Apa yang musti dilakukan polisi menghadapi aksi seperti ini? Diam saja? Apa kalau polisi Prancis boleh menangkapi demonstran yang memrotes Sarkozy, polisi Iran tak boleh? Lalu, kalau benar Mousavi didukung seluruh rakyat Iran (bukan hanya Teheran), kemana mereka yang di kota-kota lain?

2. Para pendukung Ahmadinejad juga melakukan demo, dengan jumlah massa yang lebih besar (lebih dari 6000 orang), namun diabaikan dengan alasan “Itu massa yang didatangkan secara paksa, dinaikkan ke bis-bis untuk datang ke lokasi demonstrasi”. Orang pernah tinggal di Iran akan tahu, orang-orang Iran sangat ekspresif dan merdeka. Mau dipaksa naik ke bis untuk ikut sebuah demo yang diatur pemerintah? Mau diiming-imingi kaos dan uang makan (kayak demo-demo bayaran di Indonesia)? Sama sekali buka tipe watak Iran.

3. Penghitungan dilakukan secara resmi oleh KPU, diawasi oleh saksi-saksi tiap kandidat, dan diliput televisi. Pukul 1 dini hari, KPU Iran sudah merilis penghitungan suara sementara: Ahmadinejad meraih 7 juta suara dan Mousavi meraih 2 juta suara. Satu jam setelahnya, pengumuman kedua menyebut Ahmadinejad meraih 10 juta suara sementara Mousavi mendapat tiga juta.
Menyaksikan tren perolehan suara sementara Ahmdinejad yang terus naik secara konstan, Mousavi segera melakukan konferensi pers dan menuduh, “Hasil pemilihan umum presiden ke-10 sangat mengejutkan. Rakyat yang ikut dalam antrian panjang mengetahui kepada siapa mereka memilih. Rakyat dengan penuh keheranan tidak percaya akan sulapan anggota KPU dan Radio dan Televisi Iran. Masyarakat ingin tahu bagaimana dan oleh siapa rencana besar ini dilakukan. Saya menyatakan protes keras atas proses yang ada mengenai kecurangan transparan pemilu dan memperingatkan bahwa saya tidak akan menerima kondisi berbahaya ini. Hasil yang ada bukti dari ketidakamanahan KPU dan kami melihat yang ada adalah semakin goyahnya tonggak-tonggak Republik Islam Iran dan pemerintah pembohong dan penindas…”
Pernyataan Mousavi bisa diungkapkan dengan kalimat sederhana ini, “Loh, kok suaraku sedikit ya? Pasti ada kecurangan nih!” Naif sekali bukan? Bayangkan, bila kemarin PKS yang cuma dapat 7% suara berkata demikian, pasti ditertawakan. Tapi, ketika kemudian partai-partai memberikan data (beberapa hari usai pemilu) tentang kecurangan, saksi-saksi diajukan, nah, baru bisa tuduhan kecurangan itu diterima dan diusut.
Sikap Mousavi yang ditunjukkan hanya dua jam setelah pengumuman persis seperti anak kecil yang ngamuk: dia yakin akan diberi permen 100 oleh teman-temannya, tak tahunya, hanya 1 permen yang didapat.

Tapi yang lebih aneh lagi, dalam konferensi pers itu pula (yang tak memberi kesempatan wartawan untuk bertanya), Mousavi sudah sesumbar, dirinya meraih suara 54%. Kapan dia menghitung? Lembaga quick count ala Indonesia tak ada di Iran. Untuk itu ia mengatakan kepada para pendukungnya agar segera menyiapkan pesta kemenangan keesokan harinya. Loh, katanya tadi sudah terjadi kecurangan? Gimana sih?!

4. Media Barat mencitrakan Mousavi sebagai tokoh reformis. Dia menjanjikan keterbukaan hubungan dengan Barat. Paradigmanya, kerjasama politik-ekonomi dengan Barat akan memajukan perekonomian Iran. Dan karena itu pula Barat memihak Mousavi dan menyebutnya ‘reformis’.

Masalahnya, banyak yang tidak tahu bahwa dalam Debat Capres melawan Ahmadinejad , Mousavi melakukan kesalahan besar. Dia tidak mampu mencitrakan dirinya reformis. Dia gagap, bingung. Di satu sisi dia menyebut diri reformis, di sisi lain menyatakan ‘tetap memegang prinsip negara’ (prinsip negara Iran adalan wilayatul faqih, kekuasaan para ulama). Artinya, dia bingung, mau reformis, atau mau konservatif. Lebih parah lagi, saat Ahmadinejad menyudutkannya pada isu-isu yang sudah jadi rahasia umum rakyat Iran, bahwa Rafsanjani adalah ulama kaya yang mengeruk uang rakyat (wallahu’alam benar tidaknya), Mousavi melakukan blunder: dia membela Rafsanjani! Orang-orang Iran yang benci Rafsanjani datang dari dua kubu, konservatif maupun reformis. Saking banyaknya yang benci pada Rafsanjani, simpati kepada Mousavi langsung turun setelah dia membela Rafsanjani.

5. Di Iran tak ada lembaga survey ala LSI di Indonesia, yang bisa dimanfaatkan untuk menggalang suara. Kalau Mousavi sesumbar punya banyak dukungan, tak ada data yang valid. Data dari peneliti Barat (yang didanai Rockefeller, dirilis oleh Washington Post) justru menunjukkan sebaliknya: di Provinsi Azerbaijan (kampung halaman Mousavi) pemilih Ahmadinejad dan Mousavi adalah dua banding satu. Survey tersebut juga menemukan, pendukung Mousavi adalah kalangan universitas dan kelompok ekonomi elit. Jadi, kemenangan Ahmadinejad sama sekali tidak mengherankan, karena pemilih Iran kebanyakan bukan orang universitas dan bukan orang kaya. Yang mengherankan justru Mousavi: ge-er, merasa memiliki banyak pendukung.

Penutup

Robert Dreyfuss dalam artikelnya di The Nation, mengatakan ada 3 test bagi pidato Obama yang menyatakan akan berbaik-baik dengan Dunia Islam. Pertama, pemilu Lebanon. Bila yang menang kubu pro-Barat, Obama aman. Dia bisa berbaik-baik dengan Lebanon. Tapi bila yang menang Hizbullah, posisi Obama akan sulit. “Untung”-nya, yang menang adalah Kubu 14 Maret (pro Barat). Kedua, pemilu Iran. Keberanian Obama mengulurkan tangan ke Iran agaknya karena para konsultan politiknya secara keliru memprediksi kemenangan Mousavi. Kita lihat nanti, apa sikap Obama. Apa dia akan menepati janjinya dalam pidato Kairo atau tidak, mengingat yang menang adalah Ahmadinejad yang tak mau kompromi soal nuklir dan Israel. Ketiga, apa ya, tak perlu dibahas di sini, toh topiknya tentang Iran:)

(catatan: tulisan ini berhasil dibuat atas berbagai sumbangan informasi dari temen2 saya di Iran, antara lain, owner Islammuhammadi.com)
source :www.dinasulaeman.wordpress.com

2 comments:

ronamentari said...

mr! aku jug alg concern bgt ke masalah ini. Barat itu takut Ahmad dinejad jd presiden lagi. SOalnya takut ada yang 'BERANI' sama mereka. Itu cuma politik2 an nya barat aja tuh. Ribet amat ya mr!, tp sebel juga klo liat berita2 kesannya kok bener2 pemerintah iran SALAH! Mr, aku request dong. TOlong publish posting yang sama ini dengan bahasa inggris, biar seluruh dunia tau!.

Wah seneng bgt ada yang posting masalah ini

Sukses Risdianto said...

oyea rona? u have a concern bout it also? good then.
heheh why don't u become the translator, and add your opinion as well? of course for free. because i can't afford to pay your fee :D